Rabu, 11 Januari 2017

Tahapan Perkembangan Anak Umur 2 – 3 Tahun

Pada umur 2 tahun otak anak berkembang dengan pesat. Otak sangat aktif membentuk hubungan antar-sel-saraf (sinapsis) hingga 2 juta per detik. Otak anak usia 2 tahun dua kali lebih aktif daripada otak orang dewasa. Anak butuh nutrisi yang cukup, lingkungan yang aman dan stimulasi yang tepat supaya tercapai target perkembangan yang baik. Lingkungan dengan relasi yang dilandasi cinta dan kasih sayang akan memberikan anak rasa aman, nyaman, kepercayaan diri serta keberanian. Lingkungan ini akan mengajarkan pada anak tentang cara menjalin persahabatan, mengkomunikasikan perasaan emosi dan mengatasi tantangan yang muncul. Hubungan baik yang kuat juga akan mengajarkan anak tentang kepercayaan, empati, rasa welas asih serta tentang baik-buruk.

Anak umur 2 tahun sudah memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat dalam dunia sosial yang lebih luas. Anak umur 2 tahun mulai gemar terlibat bermain interaktif bersama anak/orang lain. Mereka juga memiliki kegemaran bermain peran “pura-pura seolah-olah” mengeksplorasi daya khayalnya yang sangat penting bagi perkembangan. Aksi permainan “seolah-olah menjadi” ini akan membantu anak mengembangkan ketrampilan bahasa, berpikir dan sosial. Anak akan mampu mengembangkan ide dan kisahnya sendiri.
  • Menikmati belajar ketrampilan baru
  • Belajar ketrampilan bahasa dengan cepat. Kalimat yang digunakan sudah semakin lengkap.
  • Sering bertanya tentang: apa, siapa, dimana
  • Senang bermain dengan teman sebaya
  • Senang bermain peran “pura-pura seolah-olah”: bermain jualan pasar, jadi guru, jadi astronot, dll
  • Sulit untuk diajak berbagi, “pelit”
  • Kemampuan kontrol gerakan tangan dan jari-jemari makin meningkat
  • Kontrol otot untuk toilet training telah lebih baik
  • Bertindak lebih mandiri
  • Lindungi anak dari bahaya fisik.
  • Ajarkan tentang hal-hal yang berbahaya: pisau, orang asing, binatang liar, mobil yang melaju di jalanan, dll. Berikan konsekuensi jika anak melanggar setelah diberi peringatan.
  • Pastikan kecukupan nutrisi baik
  • Ajarkan toilet training: sebenarnya toilet training bisa dimulai kapan saja sedini mungkin, kenalkan anak dengan toilet, gunakan bahasa yang familiar di keluarga tentang BAK dan BAB. Berikan celana atau pakaian yang mudah dilepas.  Segera bersihkan dan ganti popok segera setelah anak pipis atau buang kotoran (mengajarkan anak arti nyaman). Ajak anak ke toilet sebelum pergi atau tidur. Ajarkan anak cara cebok dan cuci tangan dengan sabun. Jangan paksa, jangan marah dan jangan caci-maki saat anak kecolongan mengompol.
  • Berikan stimulasi bahasa, motorik dan sensorik yang tepat
  • Lakukan aktivitas membaca, menggambar, mewarnai dan bermain bersama.
  • Ajak anak bermain tiup gelembung dan tendang-lempar bola.
  • Istirahat tidur siang sangat penting untuk mengurangi kerewelan dan perilaku marah-marah.
  • Berikan peringatan batas waktu misalnya anak terlalu lama main air saat mandi
  • Jangan memaksa anak untuk buru-buru: “ayoo cepat dong!” –> anak butuh belajar dengan sabar dan butuh waktu untuk belajar
  • Ajak anak mengkomunikasikan perasaannya saat dia merasa tidak nyaman. Saat anak merasa kesal dan marah berikan dukungan untuk membuatnya nyaman dan jangan mencaci-makinya
  • Bantu anak saat dia kesulitan melakukan sesuatu dan jangan mendesaknya melakukan sendiri dengan alasan “Kan sekarang udah besar”.
  • Hargai ketakutannya, dengarkan ketakutannya dan jangan paksa dia menghadapi hal-hal yang saat ini membuatnya takut. Berikan anak rasa nyaman dan keberanian bahwa tidak ada hal yang perlu dia khawatirkan
  • Berikan anak kesempatan untuk:
  1. Melakukan kegiatan dan aktivitas harian sendiri: makan, pakai baju, pakai sepatu.
  2. Jangan gunakan makanan sebagai “hadiah”. Batasi pemberian snack supaya anak lapar saat jam makan.
  3. Membuat keputusan pilihan: makanan, baju, mainan, dll. Berikan 2 pilihan jika ibu mampu dan anak tampak kesulitan membuat keputusan.
  4. Terlibat dalam permainan drama (seni peran)
  5. Berikan buku-buku yang lebih rumit untuk dibacakan bersama
  6. Bernyanyi lagu-lagu favorit
  7. Menyelesaikan puzzle sederhana
Usia 2 tahun juga merupakan saatnya anak ingin menguasai dirinya sehingga muncullah “temper tantrum”. Hal-hal yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi temper tantrum ini antara lain:
  • Pastikan anak cukup tidur, cukup makan, dan buat kebiasaan harian yang rutin. Buat anak aktif beraktivitas di siang hari. Ajak anak berpetualang, berlarian, menari, bernyanyi, memanjat mainan atau naik sepeda.
  • Amati hal-hal yang akan mengganggu dan memicu anak juga tanda-tanda temper tantrum akan muncul. Jangan berharap terlalu banyak.
  • Tantrum merupakan taktik anak untuk melepaskan emosi serta perhatian, oleh sebab itu:
Ibu tetap tenang dan rileks, abaikan anak setelah memastikan anak berada di tempat yang aman. Jangan menjanjikan hadiah atau jajan untuk meredakan ledakan tantrum. Saat ledakan sudah mereda ibu bisa kembali menghampiri anak, memeluknya dan mengajaknya bicara. Ajak anak mengkomunikasikan perasaannya. Bantu anak mengungkapkan perasaan yang dirasakan dengan bahasa.
Usia si hobi-pembuat masalah “trouble two” ini memang sulit, namun dengan penanganan yang baik akan membuatnya mudah diatasi. Kesalahan penanganan justru akan merugikan tahap kehidupan anak juga keluarga selanjutnya. Ibu jangan lupa untuk cukup makan, cukup istirahat, cukup minum daaaan banyak berdo’a memohon kekuatan 😀

“Kekuatan seorang ibu pada suatu waktu mungkin ada batasnya, namun kekuatan Allah Yang Maha Besar tentu Tak Terbatas”

Segera bawa anak ke klinik tumbuh kembang jika anak mengalami salah satu hal berikut ini:
  • Sering terjatuh dan kesulitan berjalan naik tangga
  • Terlalu banyak berliur (masih sering berliur/ngeces) dan sulit bicara
  • Tidak mampu menumpuk lebih dari 4 balok
  • Sulit menjumput benda-benda kecil
  • Sulit berkomunikasi dengan frase pendek
  • Tidak bisa terlibat saat bermain peran “berpura-pura”
  • Tidak bisa memahami instruksi/perintah sederhana
  • Tidak tertarik bermain dengan anak lain
  • Sulit berpisah dengan ibu/pengasuh primer
  • Sulit melakukan kontak mata
  • Tidak tertarik bermain mainan
  • Mendadak kehilangan ketrampilan yang telah dikuasai sebelumnya
sumber : https://duniasehat . net

0 komentar:

Posting Komentar